Lawang Sewu

ditulis oleh : Jomblo Terhormat 22 November 2008
Lawang Sewu ? Apakah yang pertama kali terpikir di benak anda semua bila mendengar kalimat ini ? Bilakah anda langsung teringat pada suatu makanan nikmat ? Atau mungkin pikiran anda langsung tertuju pada sosok seseorang ? Bila pertanyaan ini tertuju kepada saya, jawaban saya [mungkin] akan bersinggungan dengan tempat horor, angker, eksotis dan indah. Ya, indah sekaligus mistis, kenapa ? Kenapa harus saya katakan hal-hal seperti itu ? karena ini adalah kenyataan. Entah percaya atau tidak tergantung anda menyikapinya [agak sedikit mirip dengan suatu slogan tayangan misteri di salah satu stasiun televisi rupanya :p]

Lawang sewu merupakan salah satu sosok bangunan yang berdiri tegak, tegar menatap perkembangan kota Semarang. Letaknya tepat di jantung utama kota tersebut, di salah satu sisi persimpangan Tugu Muda, strategis, terbuka luas dan mudah sekali menemukannya [kalau sampai kesasar kebangeten banget]. Tempat ini secara hukum berada di bawah kekuasaan dinas PJKA [kelihatannya sekarang instansi ini berubah nama menjadi perum atau persero]. Bangunannya tegak berdiri selama [mungkin] seabad lebih, dibangun oleh bangsa Belanda yang sempat merasakan nikmatnya bumi Nusantara.



Kenapa dinamakan Lawang Sewu ? Lawang Sewu terdiri dari kata Lawang dan Sewu. Lawang artinya adalah pintu, dan Sewu berarti seribu. Bila diartikan secara harfiah menjadi Seribu Pintu. Entah siapa yang menamakan bangunan tersebut dengan Lawang Sewu, yang jelas nama tersebut tetap lekat hingga saat ini. Dari namanya jelas komponen pintu menonjol, karena pintu yang terdapat di ruangan ini sangat banyak [penulis belum pernah menghitung secara pasti]. Kabarnya, dulu bangunan ini adalah bangunan untuk pengurusan administrasi dan kemiliteran bangsa Belanda yang ada di Semarang.
Bangunan Tugu muda terbuat dari campuran bata, semen, pasir, kayu [jati tentunya], sebenarnya komponen dasarnya biasa saja, seperti bangunan saat ini. Namun ada beberapa yang membedakannya dengan bangunan-bangunan kontemporer, diantaranya adalah kualitas bahan bangunan, desain, serta tentu saja kualitas pengerjaannya. Saya teramat sangat sanksi bila saat ini orang Indonesia memiliki dedikasi yang sama seperti dengan “rasa” serta kualitas seperti lawang sewu. Setelah sekian lama, masih tetap tegak, dengan bahan yang relatif belum berubah [hanya perbaikan kosmetik di beberapa lapisan luar saja]. Lantai yang digunakan masih tetap sama, pondasi yang menopang keseluruhan bangunan belum banyak berubah, panel jendela dan pintu [sebagian besar] masih relatif sama, bahkan material untuk teras belum berubah, mungkin hanya mengalami pengecatan di sana sini.
Struktur bangunan terdiri dari dua buah lantai, ruangan bawah tanah, serta beberapa bangunan yang berdiri terpisah [kelihatannya sekitar 4 buah bangunan kecil mengelilinginya]. Lantai pertama [akhir-akhir ini] kadang-kadang digunakan untuk menyelenggarakan ajang eksibisi, namun lantai kedua dan lantai bawah tanah biasanya tertutup untuk umum. Bangunan-bangunan penunjang yang mengelilinginya dibiarkan terbengkalai, kecuali salah satu bangunan yang terletak di sisi timur yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Kondisi bangunan secara umum menurut penilaian saya masuk ke kategori memprihatinkan hingga sangat memprihatinkan. Mengingat kebesaran namanya yang disandang hingga kini, bangunan ini sangat tidak terawat, perawatan yang diberikan tidak sebanding dengan nilai historis yang terdapat disana. Kaca jendela yang terbuat dari kaca sudah banyak [sekali] yang pecah, beberapa pintu sudah rusak, rumput yang tinggi dan tak terawat di sisi tengah maupun belakang bangunan, lantai yang kotor dan kusam. Bahkan ada ruangan di sisi belakang di lantai satu yang difungsikan sebagai kandang ayam, ya…. kandang ayam. Saya sangat terkejut dan heran dengan kondisi tersebut.
Pada awal mula tulisan ini saya mengatakan secara implisit bahwa Lawang Sewu menyimpan nuansa mistis, hal ini bukan merupakan opini pribadi melainkan kenyataan yang sudah dibuktikan oleh berbagai pihak. Pemirsa tayangan misteri Dunia Lain yang ditayang kan di TransTV mungkin pernah menyaksikan uji nyali yang dilakukan di bangunan ini dan hasilnya peserta yang bersangkutan gagal untuk menyelesaikan tugasnya. Pada tayangan tersebut terlihat sosok bayangan menyerupai wanita berambut panjang dengan pakaian putih yang datang mendekat ke peserta uji nyali tersebut. Sosok tersebut terlihat jelas di rekaman video. Selain itu banyak sekali kejadian [kebanyakan masih berupa cerita] mistik yang disaksian oleh orang-orang di sekitar area Lawang Sewu.
Pernah tersiar kabar bahwa Lawang Sewu akan dijadikan hotel beberapa tahun silam, namun sepertinya hal tersebut tidak pernah terlaksana. Faktor penyebab tidak terlaksana pembangunan tersebut juga tidak jelas hingga sekarang [mungkin ada yang bersedia menambahkan ?].
Ada beberapa hal menarik sehubungan dengan Lawang Sewu, diantaranya adalah adanya lorong yang menghubungkan antara Lawang Sewu, SMAN 3 Semarang [di Jalan Bodjong atau Pemuda] dan SMAN 1 Semarang [jalan Mentri Soepeno]. Lorong tersebut digunakan oleh para pejuang kemerdekaan untuk lolos dari kejaran musuh. Pada saat saya menanyakan hal tersebut dengan salah satu orang yang “tahu banyak”, dia mengatakan bahwa lorong tersebut telah ditutup dan tidak diketahui keberadaannya. Sayang sekali bila hal tersebut tidak terdokumentasi dengan baik. Karena aset sejarah semacam ini sangat langka di dunia, mungkin bila para profesional dunia film berniat untuk mengangkatnya ke layar kaca ataupun layar perak dengan sedikit tambahan cerita yang kuat, pasti akan berpengaruh banyak.
Belum lagi mengenai kisah tengkorak yang ditemukan di salah satu ruangan bawah tanah yang [kabarnya] berjumlah sangat banyak, kemudian kisah pembantaian serta kekejaman perang yang pernah terjadi di bangunan ini. Bila ada saksi sejarah yang bersedia menceritakan berbagai hal tentang bangunan ini, saya dengan sangat senang hati untuk mempublikasikannya di Internet.

0 komentar: